KURSI DAN KUE COKLAT
Jiban_JW
Manusia
tanpa undang – undang
Terlihat
slogan-slogan nyampah
membuatku gerah
Pendidikan
diabaikan
Sekolah
dihuni kaum kapitalism
“tak
usah engkau belajar, jika nantinya kan menjelma diriku seekor macan setiap
malam mengaum berebut daging-daging kumbang”
“buat
apa sekolah jika cuma jadi sampah”
ratusan
bahkan ribuan tahun dibiarkan
membusuk
engkau tak lagi menyanyikan Indonesia Raya
apalagi berkata Bhineka Tunggal Ika
Aku
lapar
Aku
ingin duduk di kursi itu,
sambil
makan kue coklat
Menjadi
lelaki berjas hitam bau comberan
Aku
lari ke pasar
Tapi
tak mampu bayar, terpaksa
aku menangis
apa
jawabmu
“kaulah daun-daun kering yang menyebrangi
keramaian
kaulah gerobak kencana yang hinggap di kerajaan
kaulah angin malam yang mengitari jembatan
kaulah embun pagi yang mengotori
dedaunan”
Kau
malah apatis, pasang
muka bengis
Tak
bergerak aku lapar
Ku
makan gumpalan beras yang beku menjadi butiran es
Hingar
– bingar kau
hiraukan
Aku
terkapar, terdampar
dalam perang
Akut,
aku takut, kau
kecam aku diancam
Aku
bergerak kau berontak,
aku
diam kau makan
Membiarkan aku
mati membusuk, lalu
kau kubur dalam- dalam
Ketika
tersorot cahaya, barulah
kau bertingkah
Ketika
bangkai tercium, bagaikan
kura-kura dalam perahu
Kau lemparkan batu melipatkan tangan di atas perut
buncitmu
Inikah
rumahku sesungguhnya, katanya
bisa untuk
231 juta jiwa
Tak
bisa untuk bernafas panjang
Rumahku
sesak penuh
penguasa tahta raja, dan pengguna kursi empuk
serta pemakan kue coklat
0 komentar:
Posting Komentar